Kamis, 22 April 2010

Assessment 1

Akper PB/2a/tgs patient's assessment 1/Jadoras Pohan & Weliya Sari

Written :
Jadoras Putra Buah Hati Pohan
Welia Sari
Class : 2A

Jadoras as Patient
Weliya as Nurse


One day, there is a patient carred in Murai room. There is nurse come to the patient to check health condition (Head, Face, and Neck)

Nurse : Good Morning, Sir?
Patient : Good Morning, Nurse
Nurse : I am Nurse Weli, I will take care of you today. How are you feeling today?
Patient : I am afraid, I have headache
Nurse : OK, Now it is time for me to observer your head, face and neck.
Patient : Yes Nurse
Nurse : (Nurse obrerving a head)
Sorry, I want to check yous hair
Patient : Oh. . yes, Nurse : Well, Did you ever dyed hair?
Patient : No, I didn't
Nurse : Have you any complaints on your face?
Patien : No, I haven't
Nurse : Next, I want to check your neck. Now, I want to bend you neck with chin toward the ceiling
Patient : (doing the intruction)
Nurse : I want to press on your neck, tell me if you feelpain
Patient : It doesn't hurt
Nurse : Now, bend down you head until your chin toward you chest
Patient : (doing the instruction)
Nurse : Please, tilt you hend, I want to check your vena jugolaris
Patien : (doing intruction)
Nurse : Ok fine, That's it
Patient : Any problem about my neck nurse?
Nurse : No, you neck is very good. So you need more rest
Patien : Ok, I will follow your instruction
Nurse : Ok Mr.Doras, I think enough my assessment. See you
Patient : Thank you nurse

Sabtu, 17 April 2010

TAK Stimulasi Sensori

PEDOMAN PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK :
STIMULASI SENSORI SESI 1-3
TAKS Sesi 1 (mendengar musik)
a. Tujuan
Klien mampu mengenal musik yang
didengar, klien mampu memberi
respon terhadap musik, klien
mampu menceritakan perasaannya
setelah mendengar musik,
sedangkan setting sesi 1 adalah
sebagai berikut :
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama
dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat
1) Tape recorder
2) Kaset lagu melayu (dipilih lagu
yang memiliki cerita yang bermakna
atau lagu-lagu yang bermakna
religius
d. Metode
1) Diskusi
2) Sharing persepsi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien dengan indikasi,
yaitu kerusakan interaksi sosial :
menarik diri
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a) Memberi salam terapiutik : salam
terapis
b) Evaluasi/ validasi: menanyakan
perasaan klien saat ini
c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu mendengarkan musik
(2) Menjelaskan aturan main sebagai
berikut :
(a) Jika ada klien yang meninggalkan
kelompok harus meminta ijin
kepada terapis
(b) Lama kegiatan 45 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Terapis mengajak klien untuk
saling memperkenalkan diri (nama
dan nama panggilan) di mulai dari
terapis secara berurutan searah
jarum jam.
b) Setiap kali seorang klien selesai
memperkenalkan diri, terapis
mengajak semua klien untuk
bertepuk tangan.
c) Terapis dan klien memakai papan
nama.
d) Terapis menjelaskan bahwa akan
diputar lagu, klien boleh tepuk
tangan atau berjoget sesuai dengan
irama lagu. Setelah lagu selesai klien
akan diminta menceritakan isi dari
lagu tersebut dan perasaan klien
setelah mendengar lagu
e) Terapis memutar lagu, klien
mendengar, boleh berjoget atau
tepuk tangan (kira-kira 15 menit).
Musik yang diputar boleh diulang
beberapa kali. Terapis
mengobservasi respons klien
terhadap musik.
f) Secara bergiliran, klien diminta
menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien
mendapat giliran.
g) Terapis memberikan pujian,
setiap klien selesai menceritakan
perasaannya dan mengajak klien lain
bertepuk tangan
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan klien
setelah menbgikuti TAK
(2) Memberi pujian atas keberhasilan
kelompok.
b) Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk
mendengarkan musik yang disukai
dan bermakna dalam kehidupannya
c) Kontrak yang akan datan
(1) Menyepakati TAK yang akan
dating, yaitu menggambar
(2) Menyepakati waktu dan tempat
Sesi 2 TAKS (menggambar)
a. Tujuan
Sesi 2 bertujuan agar klien dapat
mengekspresikan perasaan melalui
gambar, klien dapat memberi
makna gambar.
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama
dalam lingkaran
2) Ruang nyaman dan tenang
c. Alat
1) Kertas HVS
2) Pensil 2B (bila tersedia krayon
juga dapat digunakan)
d. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan
anggota kelompok pada sesi 1.
b) Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan.
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a) Memberi salam terapiutik : salam
dari terapis, peserta dan terapis
memakai papan nama
b) Evaluasi/ validasi : menanyakan
perasaan klien saat ini
c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu menggambar dan
menceritakan kepada orang lain
(2) Menjelaskan aturan main berikut:
(a) Jika ada peserta yang akan
meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan, yaitu
menggambar dan menceritakan
hasil gambar kepada klien lain.
b) Terapis membagikan kertas dan
pensil untuk tiap klien
c) Terapis meminta klien
menggambar apa saja sesuai
dengan yang diinginkan saat ini.
d) Sementara klien mulai
menggambar, terapis berkeliling dan
memberikan penguatan kepada klien
untuk terus menggambar, jangan
mencela klien.
e) Setelah semua klien selesai
menggambar terapis meminta
masing-masing klien untuk
memperlihatkan dan menceritakan
gambar yang telah dibuatnya
kepada klien lain. Yang harus
diceritakan adalah gambar apa dan
apa makna gambar tersebut
menurut klien.
f) Kegiatan poin e dilakukan sampai
semua klien mendapat giliran
g) Setiap kali klien selesai
menceritakan gambarnya, terapis
mengajak klien lain bertepuk tangan.
3) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
(2) Memberi pujian atas keberhasilan
kelompok.
b) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk
mengekspresikan perasaan melalui
gambar
c) Kontrak yang akan datang
(1) Menyepakati kegiatan yang akan
datang, yaitu menonton TV
(2) Menyepakati waktu dan tempat
Sesi 3 TAKS (Menonton TV/Videa)
a. Tujuan
Agar klien klien dapat memberi
respon terhadap tontonan TV/video,
klien menceritakan makna acara
yang ditonton.
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama
dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Video/CD player dan video tape/
CD
2) Televisi
d. Metode
Diskusi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan
anggota kelompok yang tela
mengikuti TAK sesi 2
b) Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan.
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a) Memberi salam terapiutik
(1) Salam terapis
(2) Peserta dan terapis memakai
papan nama.
b) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu menonton TV/Video dan
menceritakannya.
(2) Menjelaskan aturan main berikut :
(a) Jika ada peserta yang akan
meninggalkan kelompok, harus
meminta Ijin kepada terapis
(b) Lama kegiatan 45 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan
yang akan dilaksanakan, yaitu
menonton TV/Video dan
menceritakan makna yang telah
ditonton
b) Terapis memutar TV/Video yang
telah disiapkan
c) Terapis mengobservasi klien
selama menonton TV/Video
d) Setelah selesai menonton,
masing-masing klien diberi
kesempatan menceritakan isi
tontonan dan maknanya untuk
kehidupan klien. Berurutan searah
jarum jam, dimulai dari klien yang
ada di sebelah kiri terapis sampai
semua klien mendapat giliran
e) Setelah selesai klien menceritakan
persepsinya, terapis mengajak klien
lain bertepuk tangandan memberi
pujian
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Menanyakan persaan klien setelah
mengikuti TAK
(2) Memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok.
b) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk
menonton TV yang baik
b) Kontrak yang akan datang
(1) Menyepakati TAK yang akan
datang sesuai dengan indikasi klien.
(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Jumat, 09 April 2010

ASKEP DIARE

ASKEP ANAK DIARE
Label: Perkuliahan
KONSEP DASAR

A. Pengertian diare
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Beberapa pengertian diare menurut beberapa ahli adalah :

1. Frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak, konsistensi faeces encer, dapat berwarna hijau atau dapa bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja. (FK UI 1997)

2. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan faeces yang tidak berbentuk (Susan Martin T 1998.8)

3. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono 1999:51)

4. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistesi tinja yang dikeluarkan (Soeprapto Doitono dkk 1999)

B. Macam diare
Menurut pedoman dari lab /UPF ilmu kesehatan anak Universitas Airlangga (1994) diare dapat dikelompokan menjadi :
1. Diare akut
Yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari

Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat dikelompokan atau diklasifikan menjadi :
1. Diare akut terbagi atas
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dahidrasi
3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

C. Penyebab diare
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, yaitu : Vibrio cholerae, E coli, Salmonela, Shigella, Criptosporidium
b. Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis.
2. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
3. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada akan yang lebih besar

PATOFISIOLOGIS

D. Mekanisme terjadinya diare

1. Gangguan osmotik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik di dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

2. Gangguan sirkulasi
Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motalitas usus
Hyperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibakan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga selanjutnya timbul diare pula.

E. Gejala klinik

1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
2. Gejala muntah dapa timbul sebelum atau setelah diare
3. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka timbul dehidrasi

F. Prinsip penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi
2. Distetik

G. Obat-obatan


ASUHAN KEPERATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Pengkajian

A. Identitas pasien/biodata
Nama lengkap, jenis kelamin, tempat/tanggal lahir, umur, tempat tinggal/alamat, suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan penghasilan. Pada pasien diare akut, sebagian adalah anak yang besar, umur di bawah dua tahun. Insiden paling tinggi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping.

B. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali sehari dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang). Atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat), apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.

C. Riwayat penyakit sekarang (Suharyono 1999, 59)
1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, ada kemungkina timbul diare.
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak
6. Diuresis, terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg BB/jam) bila terjadi dehidrasi, urine normal pada diare tanpa dehidrasi, urine sediki gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)

D. Riwayat kesehatan
1. Riwayat imunisasi
2. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antiboitik)
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama atau setelah diare.
4. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi :
 Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi terjadinya diare dan infeksi yang serius.
 Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot.
 Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum :
 Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
 Gelisah, rewel, (dehidrasi ringan/sedang)
 Lesu lunglai, atau tidak sadar (dehisrasi berat)

2. Berat badan
Menurut S. Partono (1999) anak yang diare dengan dehidrasi bisa mengalami penurunan berat badan.

3. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mancubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari.
Apabila turgor kembali dengan cepat (kurng dari 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik) berarti diare dengan dehidrasi ringan / sedang, apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik) termasuk dehisrasi berat.
4. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi ubun-ubunnya biasanya cekung.

5. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal, apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung (cowong), sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.

6. Mulut dan lidah
• Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
• Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sedang)
• Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)

7. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, bising usus yang meningkat.

8. Anus, apakah ada iritasi di kulitnya


Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnostik (kausal) yang tepat.
a. Pemeriksaan tinja
b. Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH clini test), lemak dan kultur urine

Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan diare dan muntah, penurunan pemasukkan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penuruna pemasukkan, gangguan malabsorbsi nutrisi.
3. Perubahan integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan seringnya defekasi.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah inerpretasi informasi.

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan diare dan muntah, penurunan pemasukkan.
Intervensi :
a. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
b. Pantau masukan dan keluaran yang meliputi frekuensi, warna, dan konsistensi
c. Kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi)
d. Timbang BB setiap hari

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan pemasukan, gangguan malabsorbsi nutrisi
Intervensi :
a. Observasi muntah dan berak tiap 4 jam
b. Berikan makanan secara bertahap dengan menaikan dari diit lunak ke diit biasa
c. Timbang berat badan tiap hari
d. Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Perubahan integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan seringnya defekasi
Intervensi :
a. Jagalah agar daerah popok bersih dan kering
b. Periksa dan ganti popok tiap jam/basah
c. Bersihkan daerah perineal dengan air dan sabun yang tiap BAB
d. Bubuhi krim/salep/lotion pada daerah ruam di bokong

4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas salah interpretasi informasi
Intervensi :
a. Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami, jelaskan tentang agen penyakit. Tindakan pencegahan dan pentingnya cuci tangan sampai bersih
b. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukan sikap ramah dan tulus dalam membantu pasien
c. Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan antara pemasukan dan haluaran cairan

DAFTAR PUSTAKA

1982. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas kedokteran. UI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC
Nursalam, Dr M. Ners, Rakawati Susilaningrum, SST, S

ASKEP BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 )
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Tabel.1
Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008
Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Hidup 201 218 266 685
Mati 4 7 8 19
Jumlah 704
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008
Tabel. 2
Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008
Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah
Asfiksia 3 7 13 23
BBLR 32 30 36 98
BBLSR 2 8 10 20
Kelainan kongenital 1 - - -
Kelainan Mongolisme 2 - - -
Kejang - - - -
Kelainan Lain - 2 - 2
Jumlah 143
Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008

Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan Asuhan Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang Perinatologi (Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.

1.1 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia.
2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia.
3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga perjalanan penyakit tersebut.
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan asfiksia.
5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas.
1.2 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan asfiksia pada Neonatus.
2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya Keperawatan bayi baru lahir.

I.3 METODE PENULISAN
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien.
3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data perawatan, buku laporan yang ada diruangan.
4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).
Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com).

B. Etiologi BBLR dan Asfiksia
1. Etiologi BBLR
a. Faktor ibu (resti).
b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
c. faktor usia : < 20 tahun.
d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
2. Etiologi Asfiksia
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
• Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.
• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
• Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:

 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tak menempel
 Solusio plasenta
 Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
• Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
• Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor persalinan
• Partus lama
• Partus tindakan
(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)

C. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)

D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :
1. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com

2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.
a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.
b. Dismaturitas.
c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.
d. BBLR dibedakan menjadi :
 BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
 BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
 BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik/
5. Pemeriksaan fungsi paru/
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/
(Pediatric.com)

F. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- Sianosis
- Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)

G. PENATALAKSANAAN KLINIS
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).

H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia
a. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan
b. Memberikan obat – obatan
c. Memberikan nutrisi parenteral
2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan
Keuntungan :
a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepat
b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkan
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindari
e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.
Kerugian :
1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi
2. Komplikasi tambahan dapat timbul :
• Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi
• Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )
• Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.
2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
3. Memeriksa kepatenan tempat insersi
4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program
6. Monitor kondisi dan reaksi pasien

BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia Berat
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal
Masalah utama :
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan (DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).
Genogram

Riwayat Psikologis :
Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan.
Data Sosial Ekonomi :
Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.

A. PENGKAJIAN FISIK :
1 Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm
2 Vital Sign
P : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
T : 39,1 0C
3 Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat lanugo disekitar wajah.
4 Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.
5 Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo
6 Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT, keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.
7 Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.
8 Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis teraba lemah dan ireguler.
9 Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/ infeksi.
10 Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2 detik.
11 Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada, tali pusat sudah terlepas.
12 Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB, mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13 Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.
14 Tonus Otot
Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.
15 Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan lesi.
Udema Sianosis

16 Refleks
Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon
bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.

Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.
17 Therapy
Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv
Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv
Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv
Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv
Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral
Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)
IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv
18 Laboratorium
WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3
HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl
HCT 36,9 % 35.0/55.0 %
PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3
MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl

B. DATA IBU
Nama : Ny. Y
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu
HPHT : 10 Mei 2008
HPL : 17 Februari 2009
Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0
Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan
Lama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30
menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.
Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidan
Trimester 2 : 1 kali
Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidan
Obat – obatan : Obat warung
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahulu
No Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket
1. ♀ 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal
40 hari BBLSR Meninggal
2. ♀ 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup

Riwayat menstruasi ibu :
Haid pertama : 12 tahun
Siklus : 28 hari teratur
Volume/banyaknya : 2 x ganti balutan
Lama haid : 5 hari

C. ANALISA DATA
No
Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds:
Do:
 Bayi tampak sesak nafas
 RR 76 x/Menit
 Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
 PCH +
 Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)
 Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR

Imaturitas sistem pernafasan

Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3)

CO2 meningkat (Hiperkapneu)

Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2
2 Ds:

Do:
 S : 39,1 0C/Anal
 Leukosit 10. 103/mm3
 Struktur kulit halus dan tipis
 Bayi di simpan dalam inkubator
Imaturitas jaringan lemak pada subkutan

Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K)

Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)
GG. Thermoregulasi : Hypertermi
3 Ds :

Do :
 NGT terpasang
 IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit
 PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
 Refleks hisap lemah dan menelan lemah
 BB lahir 1400 gr
 BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan

Motilitas usus rendah

Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan
berkurang

Pengosongan lambung bertambah

Distensi abdomen

Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang

Intake nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4 Ds :
 Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
 Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
 Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan. BBLSR

Hospitalisasi

Perawatan ekstra di ruang perinatologi

Bonding Attachment tidak terjadi

Koping keluarga in efektif

Cemas
Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua
5 Ds
Do:
 Terpasang NGT
 IVFD D5 ½ NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra
 S : 39,1 0 C
 Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus
 Leukosit 10. 103/mm3
Imaturitas sistem imunologi

Rendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin )

Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum matur

Invasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGT

Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

F. NURSING CARE PLANNING (NCP)
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :
Ds:
Do:
 Bayi tampak sesak
 RR 76 x/Menit
 Terlihat retraksi pada dinding epigastrium
 PCH +
 Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria hasil :
• Nafas spontan
• O2 tidak terpasang
• PCH negatif
• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

2. Therapi O2 sesuai kebutuhan

3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi

4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam

5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi
2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau terjadi gangguan.
4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.

5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
Ditandai dengan :
Ds:
Do:
 S : 39,1 0C/Anal
 Kadar leukosit 10. 103/mm3
 Struktur kulit halus dan tipis
 Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :
• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C
• Bayi tidak rewel
• Bayi bisa tidur
• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3
• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.

2. Observasi TTV

3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.

4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.
2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau masih dalam keadaan batas normal.
3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.

4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
Ditandai dengan :
Ds :
Do :
 NGT terpasang
 IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit.
 PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari
 Refleks hisap lemah dan menelan lemah
 BB lahir : 1400 gr
 BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
• Turgor kulit elastis
• Tidak terjadi penurunan BB
• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.
• Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi

2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi

4. Lakukan Oral hygiene

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral
2. Status nutrisi teridentifikasi

3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi

4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur
5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. Ditandai dengan :
Ds :
 Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya
Do :
 Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas
 Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria :
• Orang tua tampak tenang
• Orang tua kooperatif
• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya
• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien

2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya
3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya

4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam memberikan intervensi
2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan
3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang dialami oleh bayi
4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
 Terpasang NGT
 IVFD 10 tetes/menit
 Kadar leukosit 10.103/mm3
 S : 39,1 0 C
 Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3
• Suhu dalam batas normal 36,5o C – 37,5 o C
1. Kaji tanda – tanda infeksi

2. Observasi TTV

3. Perawatan NGT
4. Perwatan IVFD
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.
2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-batas normal
3. Mencegah infeksi
4. Mencegah infeksi
5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
13-12-2008
08.00 WIB

08.05

15-12-2008
Pukul 08.00 WIB
08.05 WIB

16-12-2008
Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Sesak nafas masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkup
R : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Klien tampak lemah
H : Posisi kepala sudah semi ekstensi
2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup
R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal
H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit
3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Sesak masih terlihat
H : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak
terdapat suara nafas tambahan
4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara parenteral intravena.
R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan
H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
13-12-2008
Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

08.10 WIB

15-12-2008
08.00 WIB

08.05 WIB

16-12-2008
08.00 WIB

08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 39.1 0C
N: 138 x/menit
R :76x/menit
2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
3. Mengatur suhu inkubator 35 0C
R : Bayi berada dalam inkubator
H : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C

1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 37,6 0C P: 120 x/menit
R :74x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
1. Mengobservasi TTV Bayi
R : Klien tampak menangis dan meringgis
H : Vital Sign bayi
S : 370C P: 120 x/menit
R :70 x/menit
2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang NGT.
R : Klien Tampak menyeringai dan menangis
H : Obat antipiretik telah diberikan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 13-12-2008
09.00 WIB

09.05 WIB

15-12-2008
09.05 WIB

09.10 WIB

16-12-2008
09.05 WIB

09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayi
R : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnya
H : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT
2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT

3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang sama
R : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktif
H : BB Klien 1200 gram
3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 08.10
WIB
2 Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

1. Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT
R : Klien tampak lemah
H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 09.00
WIB
2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .
H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. 13-12-2008
11.30 WIB

15-12-2008
10.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini
2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya
R : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.
H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya
3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini
R : Orang tua bayi tampak cemas
H : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.
4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..

5. Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
R : Orang tua kooperatif
H : Orang tua berharap semoga bayinya cepat sembuh dan segera dibawa pulang.
.
1. Mengkaji kembali kecemasan keluarga
R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif
H : Orang tua klien mengatakan masih khawatir tehadap kondisi bayinya
2. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak
senang. dan ingin segera membawa bayinya pulang
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
13-12-2008
08.00 wib

08.05 WIB

12.00 WIB

15-12-2008
08.00 WIB

08.05 WIB

12.00 WIB 1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak tertidur
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT
R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif
H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.
2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg
R : Klien tampak lemah
H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD
3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien tampak tertidur
4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : By. Y No Medrek : 407221
Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD
1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia
17-12-2008
Pkl. 08.00 S :
O :
• Bayi terlihat Sesaknya berkurang
• R : 68 x/menit
• O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit
• Retraksi rongga epigastrium
• PCH tidak terdapat
• Tidak terjadi cyanosis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
• Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
• Therapi O2 sesuai kebutuhan
• Monitor frekuensi pernafasan bayi
• Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
• Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
17-12-2008
Pkl. 08.10 Wib S :
O :
• Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif
• Bayi masih dalam inkubator
• Tanda-tanda vital
S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit
• Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat
• Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I :
• Observasi TTV
• Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan
• Kaji penyebab hipertermi/hipotermi
• Ganti popok apabila basah
Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan 17-12-2008
Pkl. 09.00 Wib S: -
O:
• NGT tidak terpasang
• Muntah tidak ada
• Replek menghisap ada dan lemah
• PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc
• BB: 1200 gram
• Turgor kulit tidak elastis
• IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I :
• Kaji reflek hisap dan menelan bayi
• Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama
• Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
• Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi
• Observasi intake dan output cairan
• Kaji Bab dan BAK bayi
• Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari
4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya Bonding Attachment. 17-12-2008
Pkl. 11.00 WIB S :
Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya sembuh
O :
• Orang tua klien tampak gelisah
• Orang tua klien kooperatif
• Orang tua klien tampak cemas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
• Kaji tingkat kecemasan Orang Tua
• Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua
• Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya
• Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
• Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
• Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan
5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
17-12-2008
Pkl. 12.00 WIB S :
O :
• Tanda-tanda vital
• S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit
• Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.
• Terpasang IVFD D5 ½ Ns 10 tts/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I :
• Kaji tanda – tanda infeksi
• Melakukan perawatan NGT dan Infus
• Observasi TTV
• Kolaborasi pemberian antibiotik

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Sedangkan masalah keperawatan pada teori :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu ke janin.
2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan asam basa : Asidosis metabolik dan respiratory berhubungan dengan kegagalan bernafas.
3. Resiko tinggi kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan intake.
4. Resiko tinggi komplikasi Hipoglikemia berhubungan dengan peningkatan metabolisme.

Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang tidak muncul pada teori diantaranya :
1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan
4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang
Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu :
11. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
12. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi
13. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem pencernaan.
14. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi.
15. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologrendah, dan gangguan lainnya.

B. SARAN
1. Intitusi Pendidikan.
Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih memantau kinerja mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara intensif.

2. Lahan Praktek.
Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi yang sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu keperawatan khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan angka kematian neonatus.
3. Mahasiswa praktikan.
Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke dua.Bandung : FKU Padjadjaran.

Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.

Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.

Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak , Fakultas UI, Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, DR. dr. SpOG 2005, ILMU KEBIDANAN. Jakarta YBP-SP

Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.
Jakarta : ARCAN.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : FKUI.

Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Tambayong, Jan. Dr. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

WWW.Medicine and linux.com

WWW. Pediatric.com