Minggu, 23 Oktober 2011

Sejarah Marga Batak

SILSILAH ATAU TAROMBO BATAK

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon
GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :
* Putra (sesuai urutan):
1. Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
3. Si Boru Biding Laut
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin).
Tatea Bulan artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan”. Raja Isombaon (Raja Isumbaon)
Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Batak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Tatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.
2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.
Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.
PENJABARAN
* RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi (kira-kira 175 cm), eperti orang barat. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.
* SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).
Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.
Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.
Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si Raja Babiat. Di kemudian hari Si Raja Babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.
Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daerah Angkola dan seterusnya ke Barus.
SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
* Putra:
1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga Raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.
* Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.
Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.
SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.
PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.
NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.
SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.
ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.
SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.
* SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.
Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
1. Datu Dalu (Sahangmaima).
2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.
Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
2. Tinendang, Tangkar.
3. Matondang.
4. Saruksuk.
5. Tarihoran.
6. Parapat.
7. Rangkuti.
Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.
Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.
SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.
SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Malau
2. Manik
3. Ambarita
4. Gurning
Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
I. Ambarita Lumban Pea
II. Ambarita Lumban Pining
Lumban Pea memiliki dua anak laki-laki
1. Ompu Mangomborlan
2. Ompu Bona Nihuta
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.
Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:
1. Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
2. Op Raja Marihot
3. Op Marhajang
4. Op Rajani Umbul
Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).
Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.
Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki
1. Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
Keturunan Op Sohailoan saat ini antara lain Op Josep (Pak Beluana di Palembang)
2. Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
Keturunan antara lain J ambarita Bekasi,
3. Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.
Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita
TUAN SORIMANGARAJA
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
1. Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.
2. Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
c. Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).
Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.
Si Boru Biding Laut
Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)
Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.
Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:
1. Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
2. Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).
Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung):
SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.
TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.
SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.
MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.
Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.
Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.
Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.
Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:
1. Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.
2. Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.
3. Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.
4. Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
5. Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.
NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.
Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:
Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.
Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.
NAI SUANON (tuan sorbadibanua)
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.
Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):
1. Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.
2. Si Paet Tua.
3. Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.
4. Si Raja Oloan.
5. Si Raja Huta Lima.
Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
a. Si Raja Sumba.
b. Si Raja Sobu.
c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.
Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Tampubolon, Barimbing, Silaen.
2. Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
3. Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
4. Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.
Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
2. Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
3. Pangaribuan, Hutapea.
Keturunan si Lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sihaloho.
2. Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
3. Sirumasondi, Rumasingap, Depari.
4. Sidabutar.
5. Sidabariba, Solia.
6. Sidebang, Boliala.
7. Pintubatu, Sigiro.
8. Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.
Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
2. Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
3. Bangkara.
4. Sinambela, Dairi.
5. Sihite, Sileang.
6. Simanullang.
Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Maha.
2. Sambo.
3. Pardosi, Sembiring Meliala.
Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
2. Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.
Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Sitompul.
2. Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.
Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
1. Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
2. Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.
(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.
***
DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).
Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:
“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”
artinya:
“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”
Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
1. Marbun dengan Sihotang
2. Panjaitan dengan Manullang
3. Tampubolon dengan Sitompul.
4. Sitorus dengan Hutajulu – Hutahaean – Aruan.
5. Nahampun dengan Situmorang.

(Disadur dari buku “Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987)

Kamis, 21 Juli 2011

TAK GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

LAPORAN THERAPI  AKTIVITAS KELOMPOK

A.    Latar Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, bicara sendiri, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap. Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya pengertian yang didapat dari kesehatanwordpress.com, 2009
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi:Halusinasi dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain. 

B.     Pengertian/ Landasan Theory
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar. Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.
a. Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).

b. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1)   Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. 
2)   Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)   Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)   Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5)   Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.


6)  Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

c. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan

 TAHAP
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
Tahap I
·         Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan
·         Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
·         Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
·         Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik.
·         Tersenyum, tertawa sendiri
·         Menggerakkan bibir tanpa suara
·         Pergerakkan mata yang cepat
·         Respon verbal yang lambat
·         Diam dan berkonsentrasi
Tahap II
·         Menyalahkan
·         Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipati
·         Pengalaman sensori menakutkan
·         Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
·         Mulai merasa kehilangan kontrol
·         Menarik diri dari orang lain non psikotik.
·         Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
·         Perhatian dengan lingkungan berkurang
·         Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja
·         Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
Tahap III
·         Mengontrol
·         Tingkat kecemasan berat
·         Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi
·         Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi).
·         Isi halusinasi menjadi atraktif.
·         Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik.






·         Perintah halusinasi ditaati.
·         Sulit berhubungan dengan orang lain.
·         Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik.
·         Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat
Tahap IV
·         Klien sudah dikuasai oleh Halusinasi.
Klien panik.

·         Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.
·         Perilaku panik.
·         Resiko tinggi mencederai.
·         Agitasi atau kataton.
·         Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

C.    Topik
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi Sesi 1 : Mengenal halusinasi dan sesi II : Mengontrol halusinasi dengan menghardik.

D.    Tujuan
1.            Tujuan Umum            
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang di akibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.

2.            Tujuan Khusus
         Sesi I  
v  Klien dapat mengenal halusinasi.
v  Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
v  Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi.
v  Klien mengenal perasaanya pada saat terjadinya halusinasi.

Sesi II
v  Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
v  Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
v  Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

E.     Sesi yang digunakan
sesi I dan sesi II

F.     Klien
1.      Kriteria Pasien
§  Pasien yang sudah kooperatif
§  Pasien yang mengalami gejala halusinasi

2.      Nama Klien dengan gejala semua jenis halusinasi :
a)      Tn. Sukri
b)      Tn. Bayu
c)      Tn. Heru
d)     Tn. Hamdan
e)      Tn. Aris

3.      Proses Seleksi
v  Melalui mengajak berbicara dan berinteraksi dengan klien
v  Konsultasi dengan pembimbing klinik


G. Perorganisasian

a.    Leader             : Sesi I   : Jadoras Putra Buah Hati Pohan
                               Sesi II  : Dedy Mulyanto
     Tugas : memimpin jalannya kegiatan dan memberi arahan.
b.   Co Leader       : Sesi I   : Boby Ertanto
                               Sesi II  : Tri Hendarko
     Tugas   : membantu Leader dalam memimpin jalannya kegiatan
c.    Observer          : Tria Maruliana
     Tugas : mengamati dan mengawasi jalannya kegiatan dari awal sampai akhir.
d.    Fasilitator      : Nina Oktarina
  Dimas Aditiya
  Fiska Ardi Wijaya
  Riski Yugo Ardiyanto
  Robi Firmansyah
                                                                          
Tugas : Membantu menyiapkan segala peralatan yang diperlukan dan menjaga kelompok tetap fokus.

e.     Notulen : Julia siska
Tugas : mencatat dari hasil kegiatan

H.  Alokasi Waktu dan tempat
Kegiatan ini dilakukan selama 30 menit
Tempat pertemuan :
Ruang TAK ruang Cendrawasih
Waktu Pelaksanaan :
Hari/ Tanggal        : Kamis, 24 Juni 2010
Waktu                   : 10:00 s/d 10:30 WIB
Jumlah Anggota 5 orang pasien

I.     Alat Bantu yang digunakan:
a)      Sepidol
b)      Papan Tulis
c)      Music (HP)
d)     Pin

J.    Metode
a)      Diskusi Tanya jawab
b)      Bermain peran/stimulasi

K. Setting
1.         Terapis dan klien duduk bersama dlm lingkaran
2.         Ruangan nyaman dan tenang



























































 







Keterangan :
               : observer                                                   : papan tulis
                                            
               : fasilitator

               : klien
              
               : Leader

                : Co leader
L.  Langkah Kegiatan

TAK sesi I
a)         Persiapan
1)      Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi.
2)      Membuat kontrak dengan klien.
3)      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b)         Orientasi
1)      Salam Terapeutik
a.       Salam dari terapis kepada klien
b.      Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )
c.       Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
2)      Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

3)      Kontrak
a.       Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara suara yang didengar.
b.      Terapis menjelaskan aturan main berikut :
1.         Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin pada terapis.
2.         Lama kegiatan 30 menit.
3.         Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai.
c)         Tahap Kerja
1)      Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi.
2)      Terapis meminta klien menceritakan isi halusinas, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi mulai dari klien yang sebelah kanan secara berurutan sampai sema klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
3)      Beri pujian pada klien yang melakukan desnagn baik.
4)      Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi dan perasaanklien dari suara yang biasa didengar.
d)        Tahap Terminasi
1)         Evaluasi
a.          Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b.         Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelomppok.
2)         Tindak Lanjut
Terapis menunjukkan klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaanya jika terjadi halusinasi.
3)         Kontrak yang akan datang
a.       Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol halusinasi.
b.      Menyepakati waktu dan tempat.

TAK Sesi II
1.      Persiapan
a.                Mengingat kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2.      Orientasi
a.          Salam Terapuetik
1)      Salam dari terapis kepada klien.
2)      Klien dan terapis pakai papan nama.

Evaluasi / validasi
1)      Terapis menanyakan parasaan klien saat ini.
2)      Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi ; isi, waktu, situasi, dan perasaaan.

b.      Kontrak
1)      Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.
2)      Menjelaskan aturan main, yaitu :
v  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
v  Lama kegiatan 45 menit.
v  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3)      Tahap kerja
a.       Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
b.      Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c.       Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.
d.      Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “ pergi jangan ganggu saya”,”saya mau bercakap-cakap dengan……….”.
e.       Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis berurutan searah jarun jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.
f.       Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4)      Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1.      Terapis menanyakan perasaaan klien setelah mengikuti TAK.
2.      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
1.      Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.
2.      Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien.
c.       Kontrak yang akan datang

M.  Antisipasi Masalah
a.       Peragaan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
        Jika ada klien yang tidak aktif terapis segera menegur dan menjelaskan kembali mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
b.      Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
      Klien harus meminta izin  kepada terapis
c.       Bila klien lain ingin ikut jika ada klien lain yang ingin ikut terapis harus melihat apakah klien tersebut sudah sesuai dengan karakteristik klien apa belum jika sesuai maka klien boleh mengikuti kegiatan, namun jika tidak sesuai maka klien tersebut tidak boleh mengikutinya.

N.  Kriteria Evaluasi
1.         Evaluasi struktur
·         Telah terstruktur dengan baik.
·      LP (proposal) telah dibuat dan dikonsultasikan kepada pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
·         Diikuti oleh :
a)      11 mahasiswa
b)      6  pasien
c)      2 pembimbing
·      Penggunaan alat : music (HP), bola, white board, spidol, papan nama.


2.         Evaluasi Proses
·            Dimulai pukul : 10.00 wib
·            Sesi I : 30 menit
·            Sesi II : 30 menit
·            Waktu pelaksanaan
·            Proses TAK berjalan dengan baik, klien mengikuti TAK dari awal hingga akhir.

3.         Evaluasi hasil
·            Klien tidak ada yang meninggalkan ruangan.
·            Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
·            Klien mampu mengenal halusinasi dan mempraktekkan cara menghardik halusinasi.

TAK Sesi I
Stimulasi Persepsi : Halusinasi
Kemampuan mengenal halusinasi

No.
Nama Klien
Menyebut Isi Halusinasi
Menyebut Waktu Terjadinya Halusinasi
Menyebut Situasi Terjadinya Halusinasi
Menyebut Perasaan Saat Halusinasi
1.
Sukri




2.
Bayu




3.
Heru




4.
Hamdan




5.
Aris







Sesi II
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi

No.
Aspek yang dinilai
Nama klien
Sukri
Bayu
Heru
Hamdan
Aris
1
Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi





2
Menyebutkan efektifitas cara





3
Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan  menghardik





4
Memperagakan menghardik halusinasi